Kemaren temen saya sempat nunjukkin salah satu video yang isinya tentang pelayan restoran yang marah – marah ke pelanggan nya. Sambil nonton videonya dia bilang “Aneh banget kan bro, kita di restoran biasa dilayani dengan ramah. Ini malah dilayanin dengan jutek”
Seketika muncul tanda tanya di pikiran saya. “Maksudnya emang sengaja dijutekin?”
Dia jawab “iya bro, jadi emang konsep restorannya kayak gini”
Saya langsung buru – buru buka google dan search nama restorannya. Setelah saya baca – baca ternyata emang bener konsep restorannya seperti ini. Ternyata restoran ini baru buka di Indonesia dan sekarang itu lagi viral banget sampai trending dimana – mana. Tentunya ada yang pro dan ada yang kontra, apalagi dibuka di Indonesia.
Tau sendiri dong ya, orang Indonesia itu dikenal sebagai bangsa yang ramah tamah. Tiba – tiba nih ada resto baru yang baru buka, mencoba masuk ke culture (budaya) orang Indonesia.
Tapi sebelum kita bahas lebih lanjut, ada baiknya kita kenalan dulu sedikit tentang Karen’s Diner.
Saya kutip dari uzone.id, Karen’s Diner ini didikan oleh Aden Levin dan James Farrel pada saat pandemi 2021 kemaren di Sydney, Australia. Yang unik dari resto ini sebenarnya bukan di makanannya, tapi di pelayanan mereka. Di website nya bemorekaren, tertulis bahwa 100% rude staff.
“Our staff are rude and our manners are non-existent. Come on, ask for the manager… WE DARE YOU”
Jadi staff (pelayan) resto ini kasar dan tidak ada sopan santun. Jadi ini adalah salah satu yang menjadi magnet atau daya tarik kuat untuk kamu yang ingin mencoba pengalaman yang baru makan di resto
Asal Nama “KAREN” Darimana?
Karen’s Diner ini terinspirasi dari stereotipe seorang “Karen”. Jadi nama karen ini adalah referensi dari sebuah meme yang menggambarkan stereotipe seorang wanita yang merasa paling benar, bersikap seolah – olah semua orang bodoh di matanya, dan memiliki ciri khas doyan memanggil manager di banyak tempat umum salah satunya di restoran.
Walaupun mengusung 100% rude staff, tetap ada aturan yang tidak boleh di langgar di karen’s diner. Seperti melarang umpatan berbau rasisme, SARA, seksisme, hingga homofobia.
Selain itu, jika nama mu adalah KAREN, Maka kamu akan dilayanin bak nya raja dan mendapatkan minuman gratis 🙂
Karen’s Diner Di Indonesia
Mungkin karena berhasil di Australia, akhirnya karen’s diner buka di Indonesia. Dan tentunya viral banget sampai jadi fyp di tiktok, trending di twitter, youtube, dan lain – lain.
Bahkan banyak youtuber – youtuber yang pengen datang langsung untuk mereview dan mengalami pengalamannya langsung. Dalam dunia bisnis to be unique (menjadi unik) itu penting. Di saat semua resto berlomba – lomba untuk memberikan pelayanan terbaik, karen’s diner gak pengen sama.
Mereka pengen jadi unik agar mendapatkan potisioning yang berbeda di persepsi market. Hal ini akan membuat karen’s diner dengan mudah menjadi top of mind di benak market sebagai restoran dengan pelayanan jutek dan judes.
Prinsip positioning untuk mendapatkan top of mind adalah jadilah yang pertama. Kalau di kategori yang sama sudah ada yang menjadi top of mind, maka kamu harus buat sub category yang lebih kecil lagi dan jadilah yang pertama disana.
Menurut saya disini karen’s diner berhasil menjadi top of mind sebagai satu – satunya mungkin resto yang menggunakan rude service. Nanti kalau suatu saat ada restoran yang mencoba meniru mereka, maka customer bisa bilang. “ohhh ini mah ngikut – ngikut karen’s diner”
Tapi to be unique saja sebenarnya tidak cukup untuk membuat sebuah brand bisa bertahan lama. Kenapa? Karena harus ada sesuatu yang membuat customer datang lagi dan lagi. Apakah rude service bisa membuat customer bertahan?
Kalau pendapat saya pribadi enggak. Orang datang karena viral hanya karena rasa curious (penasaran) mereka. Mereka pengen merasakan experience (pengalaman) berbeda. Tapi setelah mereka merasakan dan ternyata biasa aja, apakah mereka bakalan balik lagi?
Apalagi di era sekarang masyarakat kita itu terlalu FOMO banget. Apa yang viral semua pengen ikut – ikut an. Kalau gak ikut – ikut an dibilang gak keren, dibilang gak ikutin trend, dan lain sebagainya.
Pentingnya Added Value Dalam Sebuah Brand
Menjadi unique akan mendapatkan banyak manfaat. Salah satunya adalah brand awareness. Misalnya kayak saya, yang tadinya gak tau karen’s diner, karena temen saya liat fyp di tiktok. Saya jadi malah tau bahkan sampai nulis tulisan ini.
Secara gak langsung brand tersebut mendapatkan awareness yang tinggi banget. Tanpa perlu capek – capek iklan, sebuah brand bisa saja kebanjiran orderan karena terus – terus an dapat exposure dari influencer – influencer.
Pertanyaannya adalah setelah mereka datang, nyobain experience nya. Terus apalagi? Karena rasa penasaran itu hanya langkah awal buat orang datang. Kita sebutnya customer journey. Perjalanan customer nyobain pengalaman sebuah brand.
Tapi yang buat mereka datang kembali, itu harus ada added value (value tambahan) dalam sebuah brand. Apakah di makanannya yang enak banget, apakah diminumnya, apakah dikenyamanan tempatnya.
Apakah tempat ini mungkin cocok kalau dijadikan tempat acara – acara ulang tahun? Karena bisa jadi orang yang ulang tahun bisa di prank sama pelayan – pelayan nya. Dan ini wajib ada.
Karena kalau orang datang hanya karena kamu unik, iyaa dia datang karena rasa penasarannya. Tapi setelah rasa penasarannya terpuaskan, harus ada yang buat dia datang kembali.
Gak mungkin dong, saya pengen ke karen’s diner karena saya pengen dijutekin. Ini kan gak make sense yah? Siapa sih yang pengen dijutekin? Manusia itu secara naluri juga gak suka dengan orang yang jutek, judes, kasar.
Temen – temen masih ingat es kepal milo gak? Salah satu jajanan yang viral banget pada masanya. Orang sampai rela antri panjang hanya untuk nyobainnya. Sekarang gimana kabarnya? Sudah tidak seviral dulu.
Salah satu penyebabnya karena produknya terlalu gampang ditiru. Bahkan peniru nya, bisa lebih rame daripada pencipta nya. Nah apakah karen’s diner gampang ditiru? Saya rasa enggak.
Karena different value nya kuat banget. Gak semua resto berani nyobain konsep beginian dan kalau pun ada sudah diambil deluan positioningnya sama karen’s diner. Tapi menurut saya kalau hanya bergantung pada 100% rude service, saya rasa gak bakalan bisa bertahan lama, terkhusus nya di Indonesia yah.
Karena ada perbedaan culture dengan luar negeri. Tapi kalau orang datang lagi karena makanannya enak, tempatnya cozy bisa buat nongkrong sama temen – temen. Artinya karen’s diner berhasil.
Okeh, sekian dulu mungkin tulisan saya kali ini. Terima kasih sudah membaca sampai habis dan sukses terus buat karen’s diner. Semoga bisa terus berinovasi